Breaking News

Bismillahi Rahmani Rahim | "Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling banyak kebaikannya." | "Tidaklah sempurna iman seorang diantara kalian sehingga Ia mencintai saudaranya sebagaimana Ia mencitai dirinya sendiri."
Bismillahi Rahmani Rahim. Mari kita awali setiap aktivitas kita dengan ucapan basmalah, agar hidup kita di rahmati oleh Allah SWT. :)

Memaknai Syahadat

Assalamu alaikum sahabat Kalam Al-Wafie, tema pembahasan kali ini adalah tentang pemaknaan syahadat.

Syahadat merupakan syarat seseorang menjadi muslim. Bahkan, kalimat syahadat ini dibaca seorang muslim sekurang-kurangnya sebanyak sembilan kali pada tiap-tiap waktu shalat. Syahadat sebagai dasar ajaran islam tentunya berdampak terhadap bagaimana seorang muslim menjalani kehidupannya. Hal tersebut dikarenakan bagaimana seorang muslim beribadah dalam hidupnya akan tercermin dari bagaimana ia memaknai kalimat syahadat yang ia ucapkan. Pada tulisan ini akan dibahas makna syahadat dalam tiga hal, yaitu ikrar, sumpah, dan janji.

Ikhwah fillah, syahadat bukanlah sebatas ucapan atau pelafalan kalimat semata. Syahadat merupakan kalimat yang maknanya perlu dipahami agar senantiasa tercipta kecintaan dalam beribadah. Pertama, syahadat bermakna sebagai ikrar. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 64.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿٦٤﴾
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
[sumber: The Noble Qur'an]
Ayat tersebut merupakan ayat yang difirmankan oleh Allah SWT yang ditujukan untuk Kaisar Heraclius dan pada bagian akhir ayat ada kalimat "asyhadu" yang berarti "saksikanlah...", sehingga dalam hal ini makna syahadat yang pertama mengandung pernyataan bahwa "aku menyatakan". Makna ini merupakan sesuatu yang bermakna lahiriah artinya dapat diperhatikan atau diketahui secara fisik yakni dengan pengucapan kalimat syahadat tersebut.

Selanjutnya, makna yang kedua ialah qasam atau sumpah. Makna ini berasal dari Al-Qur'an surat Al-Munafiqun ayat 1 sampai 2.

إِذَا جَاءكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ ﴿١﴾
اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاء مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٢﴾
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta (1). Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
[sumber: The Noble Qur'an]
Pada ayat kedua tersebut disebutkan "sumpah mereka". Hal ini menjadikan bahwa pernyataan yang dikatakan pada ayat pertama, yaitu pengakuan bahwa Rasululah SAW merupakan utusan Allah SWT, merupakan sumpah. Perlu diingat bahwa ketika suatu hal dikategorikan sebagai sumpah, maka hal tersebut merupakan hal yang serius, bukan main-main lagi. Dengan demikian, syahadat tidak hanya sebatas ucapan, namun juga sebagai sumpah sehingga tidak bisa dijadikan ucapan yang sifatnya main-main saja, karena jika demikian, orang yang menjadikan ucapan tersebut main-main digolongkan sebagai kaum munafik.

Terakhir, makna yang ketiga ialah sebagai misaq atau janji sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur'an surat Al-Araf ayat 172.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ ﴿١٧٢﴾
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
[sumber: The Noble Qur'an]
Ayat tersebut menceritakan bagaimana umat manusia sebelum dilahirkan kedunia diminta kesaksiannya oleh Allah SWT mengenai sifat Rabb Allah sebagai suatu janji yang akan ditanyai kelak di hari akhir. Dengan pemaknaan ini, syahadat merupakan kesungguhan dari pernyataan dan sumpah syahadat. Tiga hal inilah yang menjadikan syahadat seorang muslim sebagai pondasi yang kuat untuk berkomitmen dalam menjalankan perintah Allah sehingga dapat membuatnya menjadi seorang mukmin yang sejati.

Demikian ringkasan pembahasan kajian tanggal [13/08/2017 - 6 Dzul-Qa'idah, 1438H], mohon maaf apabila terdapat kesalahan penyampaian. Semoga dari tulisan ini dapat diambil pelajaran yang bermanfaat. Wallahu alam bishowab.


14 6 Dzul-Qa'idah, 1438H

Tidak ada komentar